Site icon Nexus3 Foundation

SIARAN PERS: Produk Plastik Daur Ulang di Indonesia Mengekspos Anak-anakterhadap Bahan Kimia Sangat Beracun

Bahasa Indonesia

Untuk dirilis segera

Nairobi, 16 November 2023 – Studi terhadap sel manusia menunjukkan anak-anak kecil yang bermain dengan mainan berbahan plastik daur ulang dapat terpapar bahan kimia beracun, berada di atas tingkat keamanan Uni Eropa untuk zat serupa. Saat menguji mainan dan berbagai barang lainnya dari seluruh dunia, para ilmuwan menemukan bahwa tingkat dioksin brominasi yang membahayakan juga harus mendapat perhatian Indonesia. Yang memprihantinkan, konsentrasi yang mengancam kesehatan manusia ditemukan dalam berbagai produk sehari-hari. Temuan-temuan ini harus menjadi pertimbangan dalam negosiasi Perjanjian Plastik global yang baru.

Studi tersebut merekomendasikan “Meningkatkan pemantauan bahan kimia plastik untuk didaur ulang guna menghindari daur ulang plastik yang terkontaminasi menjadi produk beracun baru.”

Ketika plastik dari limbah elektronik didaur ulang, bahan kimia beracun dalam plastik berpindah ke produk baru yang dibuat dengan bahan daur ulang tersebut. Sebuah studi baru yang mengamati dampak mainan anak-anak yang terbuat dari plastik limbah elektronik daur ulang yang diterbitkan dalam Jurnal Environment International menemukan bahwa anak-anak dapat terpapar bahan kimia yang sangat beracun dari produk plastik daur ulang, melebihi standar keamanan yang diusulkan.

Temuan tersebut, dengan menggunakan pengujian pada sel manusia, menunjukkan bahwa perilaku tangan-ke-mulut pada anak-anak yang bermain dengan mainan plastik daur ulang dapat berkontribusi secara signifikan terhadap asupan harian mereka yang mengandung senyawa yang sangat beracun seperti dioksin dan bahan kimia pengganggu endokrin lainnya. Dioksin merupakan salah satu bahan kimia paling beracun yang diketahui dan diketahui berbahaya bagi kesehatan anak, termasuk menghambat perkembangan saraf dan fungsi hormon tiroid.

Studi ini menemukan zat beracun, termasuk bahan kimia yang telah dilarang secara global, dalam mainan dan produk lain yang terbuat dari plastik yang  limbah elektronik daur ulang (disebut plastik hitam) yang dibeli dari 26 negara di Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Temuan ini sangat penting untuk rancangan Perjanjian Plastik baru yang dibahas pada pertemuan Komite Negosiasi Internasional ketiga di Nairobi minggu ini. Daur ulang plastik dan bahan kimia beracun dalam produk plastik daur ulang merupakan salah satu elemen penting yang akan dibahas pada pertemuan mendatang.

Plastik yang dibuat dengan bantuan bahan kimia beracun dan terdeteksi dalam penelitian ini, serta sejumlah penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia ini menjadikan plastik sebagai material yang tidak sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular.

Terdapat enam sampel yang dimasukkan dalam penelitian ini yang dikumpulkan di Indonesia pada tahun 2021. Peralatan yang digunakan untuk makan memiliki tingkat PBDD/F tertinggi di antara sampel-sampel tersebut dan juga menempati peringkat ke-10 tertinggi dari 48 sampel dalam survei global. Sampel sejenis Tasbih dan Rubik memiliki aktivitas mirip dioksin tertinggi ke-7 dan ke-8 yang diukur dengan metode DR CALUX dari 48 sampel dari survei global. Ketiga sampel ini termasuk dalam kelompok produk konsumen yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari dengan potensi paparan dioksin brominasi yang tinggi di dalamnya.

Studi yang bertajuk “Survei global aktivitas mirip hormon dioksin dan tiroid pada produk konsumen dan mainan” menilai kadar beberapa bahan kimia, termasuk dioksin brominasi (PBDD/Fs) yang sangat beracun dalam mainan plastik daur ulang dan produk lainnya. PBDD/Fs muncul sebagai pengotor setelah penggunaan brominated flame retardants (BFRs), yaitu bahan kimia yang sering ditambahkan ke plastik dalam perangkat elektronik untuk memberikan ketahanan terhadap api. Yang mengkhawatirkan, penelitian ini menemukan bahwa tingkat rata-rata PBDD/F yang ditemukan pada 24 mainan melebihi standar keamanan UE yang diusulkan untuk asupan dioksin dan senyawa mirip dioksin harian yang dapat ditoleransi, mengingat perilaku mulut anak-anak yang khas.

Studi ini juga menilai produk untuk mengetahui kadar tetrabromobisphenol A (TBBPA), bahan kimia pengganggu endokrin yang diketahui berdampak pada fungsi hormon tiroid dan terkait dengan kanker serta gangguan reproduksi. Tingkat TBBPA yang tinggi ditemukan di sebagian besar produk dan mainan konsumen plastik hitam, yang menunjukkan bahwa produk tersebut dapat membuat anak-anak terpapar bahan kimia beracun ini.

Penelitian kami mensimulasikan dampak nyata dari produk-produk yang terbuat dari plastik yang didaur ulang dari limbah elektronik terhadap sel manusia dengan menganalisis aktivitas racun yang mengganggu hormon. Kami terkejut menemukan bahwa anak-anak dapat terpapar sejumlah besar bahan kimia yang sangat beracun dari mainan plastik daur ulang,” kata Dr Peter Behnisch dari laboratorium BioDetection Systems Amsterdam, salah satu penulis utama penelitian ini.

Studi ini juga menemukan bahwa tingkat PBDD/F pada mainan dan produk lainnya berada di atas tingkat yang diusulkan untuk bahan kimia serupa dalam limbah beracun. Tingkat PBDD/F yang ditemukan pada beberapa mainan dan produk lainnya serupa dengan tingkat yang ditemukan pada limbah berbahaya tertentu, termasuk abu pembakaran limbah yang sangat beracun.

Temuan ini juga menyoroti perlunya mengatasi bahan kimia dalam plastik melalui Perjanjian Plastik global yang baru dan menghindari Perjanjian yang hanya berfokus pada volume sampah plastik yang dihasilkan.

Kami mengumpulkan produk-produk plastik seperti mainan anak-anak, peralatan dapur, dan produk-produk untuk perempuan yang dijual di Indonesia; beberapa di antaranya diimpor dari negara lain. Kami mengidentifikasi konsentrasi tinggi bahan kimia beracun dalam produk yang terbuat dari plastik daur ulang. Standar nasional dan internasional yang ada saat ini tidak cukup untuk melindungi kesehatan kita,” kata Yuyun Ismawati dari Nexus3 Foundation, Indonesia dan salah satu penulis penelitian ini. “Situasi yang ada saat ini memungkinkan plastik meracuni ekonomi sirkular. Melalui perjanjian internasional, standar yang ketat harus disepakati untuk melindungi kesehatan manusia di Indonesia dan negara-negara berkembang.”

Batas yang ditetapkan saat ini untuk pengendalian senyawa beracun halogenasi dalam plastik memungkinkan mainan dan produk konsumen lainnya dibuat dengan penghambat api beracun (disertai dengan dioksin dan bahan kimia pengganggu endokrin sebagai produk sampingannya). Berdasarkan penelitian kami, kami menyerukan pembatasan yang lebih ketat dan pengendalian yang lebih baik terhadap semua bahan kimia beracun dalam plastik daur ulang yang mencerminkan temuan ilmiah terbaru,” kata Jindrich Petrlik, Direktur Program Beracun dan Limbah Arnika dan Pakar Dioksin dan Limbah IPEN, salah satu penulis penelitian ini.

SELESAI

Powered By EmbedPress

Products from Recycled Plastics in Indonesia Expose Children to Highly Toxic Chemicals

English

For immediate release

Nairobi, 16 November 2023 – A study on human cells shows that young children playing with toys made from recycled plastic could be exposed to toxic chemicals above EU safety levels for similar substances. While testing toys and other items worldwide, scientists found dangerous levels of brominated dioxins in Indonesia. Quite the opposite: threatening concentrations are found in various everyday objects. Delegates should consider these findings when negotiating the new global Plastics Treaty. The study recommends “Improving chemical monitoring of plastics for recycling to avoid recycling contaminated plastics into new toxic products.”

When plastics from electronic waste are recycled, toxic chemicals in the plastics are transferred to the new products made with the recycled material. A recent study on the effects of children’s toys from recycled e-waste plastics published in Environment International found that children can be exposed to highly toxic chemicals from recycled plastic products, above proposed safety standards.

The findings, using testing on human cells, show that typical mouthing behaviours of young children who play with recycled plastic toys could significantly contribute to their daily intake of highly toxic dioxin-like compounds and other endocrine-disrupting chemicals. Dioxins are among the most toxic chemicals known and are known to be harmful to children’s health, including hampering neurological development and thyroid hormone function.

The study found toxic substances, including chemicals banned globally, in toys and other products made with recycled e-waste plastics (black plastics) purchased from 26 countries across Africa, Asia, Europe and the Americas. The findings are crucial for the design of the new Plastics Treaty, which was discussed by delegates at the third International Negotiations Committee meeting in Nairobi this week. Recycling of plastics and toxic chemicals in recycled plastic products is one of the crucial elements to be discussed at the meeting.

Plastics are made with toxic chemicals. Recent studies and numerous previous studies demonstrate that these chemicals make plastics a material that is incompatible with circular economy principles.

We collected six samples from Indonesia included in this study purchased in 2021. Utensils used for eating had the highest level of PBDD/Fs among these samples, the 10th highest among the 48 samples in a global survey. Tasbih and Rubik’s like cube had the 7th and 8th most elevated level of dioxin-like activity measured by the DR CALUX method from 48 samples included in the global survey. All these three samples belong to the group of consumer products used by people every day with a high potential of exposure to brominated dioxins contained in them.

The study, “Global survey of dioxin- and thyroid hormone-like activities in consumer products and toys”, assessed levels of several chemicals, including highly toxic, brominated dioxins (PBDD/Fs) in recycled plastic toys and other products. PBDD/Fs occur as impurities following brominated flame retardants (BFRs), chemicals often added to plastics in electronics to confer flame resistance. Alarmingly, the study found that the average level of PBDD/Fs found in 24 toys exceeded proposed EU safety standards for a tolerable daily intake of dioxins and dioxin-like compounds, given young children’s typical mouthing behaviours.

The study also assessed products for levels of tetrabromobisphenol A (TBBPA), an endocrine-disrupting chemical known to impact thyroid hormone functioning and is linked to cancer and reproductive harm. High levels of TBBPA were found in most black plastic consumer products and toys, indicating that the products could expose children to this toxic chemical.

Our study simulates the real impact of products made of plastic recycled from e-waste on human cells by analysing hormone-disrupting toxic activities. We were shocked to find that children could be exposed to significant amounts of highly toxic chemicals from recycled plastic toys,” said Dr Peter Behnisch from the Amsterdam laboratory BioDetection Systems, one of the study’s lead authors.

The study also found that PBDD/Fs in toys and other products were above the proposed levels for similar chemicals in toxic wastes. The concentrations of PBDD/Fs found in some toys and other products were similar to levels found in particular hazardous wastes, including highly toxic waste incineration ash.

The findings also highlight the need to address plastic chemicals in the new global Plastics Treaty and avoid a Treaty focused only on the volume of plastic waste generated.

We collected plastic products like children’s toys, kitchen utensils, and products for women sold in Indonesia; some were imported from other countries. We identified high concentrations of toxic chemicals in products made from recycled plastics. Current national and international standards are not doing enough to protect our health,” said Yuyun Ismawati of the Nexus3 Foundation, Indonesia and a study co-author. “The existing situation allows plastics to poison the circular economy. Through international treaties, strict standards should be agreed to protect human health in Indonesia and developing countries.”

“The current limits set for control of toxic halogenated compounds in plastics allow toys and other consumer products to be made with toxic flame retardants (accompanied by dioxins and endocrine disrupting chemicals as by-products). Based on our study, we are calling for stricter limits and better control of all toxic chemicals in recycled plastics that reflect the latest scientific findings,” said Jindrich Petrlik, program director of Arnika – Toxics and Waste Programme and IPEN expert on dioxins and waste and one of the co-authors of the study.

END

Powered By EmbedPress

Exit mobile version