SIARAN PERS: Sulitnya Transparansi Data Mengancam Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat

SIARAN PERS: Sulitnya Transparansi Data Mengancam Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat

Foto bersama pada acara COMMSHARE VOL. 02: “Transparency Matters: Unveiling PRTR for Environmental and Health Advocacy”

Siaran Pers 

Untuk dirilis segera

[Jakarta, 8 Mei 2024] Transparansi menjadi kunci dalam upaya advokasi lingkungan dan kesehatan. Masyarakat berhak untuk mengetahui dan mengakses data terkait jumlah maupun jenis polutan yang berada di Indonesia. Pollutants Release and Transfer Register (PRTR) adalah alat penting untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan data lingkungan.

Nexus3 Foundation bersama dengan Commcap menyelenggarakan diskusi publik “Transparency Matters: Unveiling PRTR for Environmental and Health Advocacy” untuk meningkatkan kesadaran dan urgensi pemangku kepentingan dalam menerapkan sistem PRTR di Indonesia. Acara ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya transparansi dalam pengelolaan data lingkungan, mendorong strategi berkelanjutan yang mempromosikan kesehatan masyarakat, dan memfasilitasi pertukaran ide antar LSM yang terlibat dalam kampanye advokasi isu lingkungan.

PRTR memungkinkan negara untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas data lingkungan dengan membuka data pelepasan polutan ke udara, air, dan tanah ke publik. Dengan data yang jelas dan akurat, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani masalah polusi dan menjaga kesehatan masyarakat.

Foto bersama Moderator dan Para Pembicara: Annisa, Bondan dan Warid (Mulai dari kiri ke kanan)

Polusi dan perubahan iklim di Jabodetabek menimbulkan berbagai pertanyaan, seperti sumber polusi, dampaknya pada kesehatan, dan peran transparansi data polutan. Merujuk studi yang pernah dilakukan Greenpeace tentang Silent Killer di Jakarta, Bondan Andriyanu, Climate and Energy Campaigner Greenpeace, menjelaskan sumber utama permasalahan polusi di Jakarta yang memperparah terjadinya krisis iklim.

“Pada 2019 ada regulasi terkait PLTU Batubara, di cerobong asap tersebut ternyata ada dikeluarkan merkuri. Artinya transparansi data jauh, jangankan transparansi, mengumumkan data polusi saja masih sedikit-sedikit.”

Bondan juga memaparkan bahwa PLTU menjadi salah satu penyebab pencemaran udara dan iklim. Pada tahun 2023 lalu, ada rapat terbatas yang hasilnya menyebutkan bahwa tidak ada polusi dari PLTU Batubara. Namun, pada rapat terbatas ke-2, hasil tersebut diperbaiki dan ternyata 34% polusi udara berasal dari PLTU Batubara. Hasil rapat terbatas ini tidak didukung oleh data atau risetnya yang jelas, lagi-lagi soal transparansi.

Warid Zul Ilmi, Research and Advocacy Officer Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), pun mengaitkan permasalahan polusi dan iklim yang terjadi dengan kondisi kesehatan manusia saat ini, terutama permasalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan di sekitar masyarakat, mulai dari sanitasi hingga ekonomi.

“Kita masih terbiasa berpikir semua terpisah, lingkungan ya lingkungan aja, jadi kesehatan masyarakatnya gak dilihat. Padahal 50% penyakit manusia itu dari faktor lain yang saling berkaitan seperti sosial dan lingkungannya.”

Warid juga menjelaskan bahwa berdasarkan hasil data dari Dinas Kesehatan, kasus ISPA dan diare di Sumbawa Barat mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Namun, ironisnya, sayangnya belum ada kajian dan penelitian ilmiah secara langsung untuk membuktikan secara nyata hasil tersebut. Akhirnya, terjadi gap dan kebingungan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kecurigaan ini hadir untuk mendorong Pemerintah mengambil tindakan hingga akhirnya bisa mengeluarkan data yang jelas.

Dari kasus di Sumbawa Barat tersebut, sangat erat kaitannya dengan transparansi data yang dimiliki oleh Indonesia. Annisa Maharani, Toxics and Zero Waste Program Officer Nexus3 Foundation, menjelaskan bahwa,

“Transparansi polusi tidak hanya di hilir tapi juga di hulu seperti penerbitan izin industri dan izin perdagangan bahan-bahan berbahaya dan beracun. Misal para penambang ilegal yang mudah sekali untuk membeli merkuri. Indonesia diketahui sebagai blank spot karena tidak ada data apa-apa. Tujuan data tersebut yaitu pemenuhan administrasi industri-industri yang ada.”

Transparansi data menjadi elemen penting dalam memerangi krisis ini. Akses publik terhadap data polutan yang akurat dan terkini memungkinkan masyarakat untuk memantau kinerja industri dan pemerintah dalam melestarikan lingkungan hidup. Pemerintah perlu merumuskan skema yang jelas dan mudah diakses untuk menyediakan data polusi yang terbuka kepada masyarakat. Data tersebut harus diperbarui secara berkala dan disertai dengan panduan interpretasi yang mudah dipahami. Selain itu, industri juga harus ikut berpartisipasi dalam mendukung transparansi data polusi yang diemisikan oleh fasilitas-fasilitas industri mereka. 

Foto bersama Pembicara: Pandu dan Joan

Selain membahas peran penting transparansi data dalam advokasi kesehatan dan lingkungan, perlu juga pemahaman terkait pengemasan isu-isu substantif ke dalam kampanye kreatif. Salah satu upayanya adalah melalui media audio-visual yang mudah dipahami. Joan Aurelia, Podcast Co-Producer dari Project Multatuli, berbagi cerita mengenai bagaimana membuat isu-isu ‘pinggiran’ atau yang tidak banyak orang mengerti menjadi sebuah podcast video yang pesannya bisa sampai ke khalayak luas.

“Isu-isu ‘pinggiran’ dikemas lewat obrolan. Tapi, brief utamanya yaitu  gak boleh ngomong kata yang gak semua orang tau misalnya hilirisasi, oligarki, dll. Karena video dikemas dalam 3-4 menit, jadi pembahasan bisa langsung substansi intinya dulu yang difokuskan.” Ujar Joan.

Pandu, Founder and Lead Strategist dari Commcap, juga memberikan tips untuk membuat konten menarik dan mudah dipahami. Pandu mengatakan,

Ketika bikin konten, isunya di kebelakangin dulu, tapi apapun yang sekiranya audience bakal peduli jadi didahulukan. Sama kayak kue, biasanya dipotong per-slice, pas bikin konten ya isunya dipotong dikit-dikit. Misal audience lagi suka konten make-up, nah bisa sambil make-up dimasukin dikit-dikit isu itu. Sehingga audience punya empati ke yang cerita, nah orang yang cerita ini  jadi medium.”

Di tengah krisis polusi, perubahan iklim, dan kesehatan masyarakat, diskusi ini membuka wawasan tentang pentingnya data polusi dalam mendorong akuntabilitas industri dan pemerintah, serta mendorong aksi kolektif. Konten-konten kreatif juga dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyuarakan hak-hak mereka. Mari bersama dorong keterbukaan informasi, dukung industri dalam memenuhi kewajibannya dalam menjaga lingkungan, dan wujudkan masa depan yang lebih sehat dan lestari!

***

Kontak Media:

Ola, Staf Komunikasi Nexus3 Foundation, ola@nexus3foundation.org, +62877700776609

Tentang Nexus3 Foundation

Yayasan Nexus3 (sebelumnya dikenal sebagai Yayasan BaliFokus) bekerja untuk melindungi masyarakat, terutama kelompok rentan, dari dampak pembangunan terhadap kesehatan dan lingkungan, demi terciptanya masa depan yang adil, bebas racun dan berkelanjutan.

Tentang Commcap

Commcap adalah digital communication agency yang berorientasi pada dampak dan pembangunan berkelanjutan, serta mendorong pencapaian SDGs melalui kolaborasi dengan korporasi; NGO; social enterprise; hingga startup.

Powered By EmbedPress

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">HTML</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*